Saat berangkat ke masjid untuk shalat Jum'at siang tadi, saya berpapasan dengan tiga orang anak berpakaian kumuh sedang berseteru dan berujung dengan perkelahian. Saya segera berlari melerai mereka, usut punya usut ternyata mereka berebut uang 500 perak. Astaghfirullah, ujar saya dalam hati. Saya sontak langsung memisahkan keduanya. Demi uang segitu mereka sampai teganya ingin melempar temannya dengan batu. Ironi di negeri kaya, rakyatnya melarat.
Sambil melanjutkan perjalanan saya bertanya-tanya, apa yg bisa kita lakukan untuk memperbaiki kondisi ini? Darimana memulainya? Siapa yg bertanggung jawab? Bahkan siapa yg paling bertanggung jawab? Otak saya berputar, sambil dalam hati menangis, Ya Allah tunjukan jalan-Mu....
Sementara beberapa minggu yang lalu seorang sahabat yang bisnisnya sedang menanjak baru saja mengganti salah satu mobilnya dengan BMW seri terbaru, bertambah lagi satu koleksinya. Mulus, keren, mewah. Lengkap sudah hidupnya, rumah di kompleks perumahan mewah, bisnis lancar, mobil gres terbaru. Apa yang salah? Nggak..nggak ada yg salah, itu memang sudah haknya untuk bisa menikmati kerja kerasnya.
Saya langsung termenung.....hidup ini selalu mencari keseimbangan, ketika satu sudut berlimpahan di sudut lain kekurangan, maka yang lebih akan mencari yang kurang. Tinggal caranya saja yang berbeda. Coba bayangkan ketika si Kaya kurang peduli dengan Si Miskin maka hukum keseimbangannya adalah maraknya pengemis, perampokan, kejahatan, korupsi maka Si Kaya Menindas Si Miskin...ini yang harus dihindari.
Seharusnya si Kaya lebih peduli kepada Si Miskin maka hukum keseimbangannya adalah sedekah, pembinaan, zakat, infaq Si Kaya memberdayakan si Miskin
Lalu bagaimana ya caranya membuat situasi menjadi ideal? di sini sudah semestinya semua lapisan berperan, dan yang paling dominan seharusnya pemerintah. Tapi kan kalo nunggu pemerintah kapan kelarnya? makanya saya bikin tulisan ini...artinya jangan saling menunggu ayo kita mulai saja. Si Kaya mulailah hidup sederhana dan naungi saudarnya yg Miskin di lingkungan sekitarnya, Si Miskin mulailah bekerja keras mengubah nasib...so let's begin
MZ Omar
No comments:
Post a Comment