Friday, August 14, 2009

I'm Not The Princess's Son

Judul di atas bukan keluhan, bukan juga alasan atas beberapa kegagalan yg pernah saya alami dalam hidup, tapi justru judul di atas adalah motivasi bagi diri yg lemah ini. Kalau saja anak-anak "Pangeran" harus bekerja keras untuk bisa berhasil, apalagi saya yang berasal dari keluarga biasa saja, koneksi dan relasi terbatas, modal seadanya, artinya harus bekerja dua-tiga kali lebih keras.
Pernah juga ketika jiwa sedang down terserang penyakit PLOM (Poor Little Old Me), saya berprasangka buruk kepada Allah SWT dan bertanya,"Kenapa selalu saya yg diuji? Kenapa sulit sekali bagi saya sementara bagi yang lain mudah". Pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya tidak terlontar, namun karena kondisi yang menekan menyebabkan orang lemah seperti saya akhirnya mengeluh hebat. Membutuhkan waktu yg lama dan deretan kepedihan untuk memperoleh jawaban, bahwa apapun kejadian yang menimpa kita adalah yang terbaik buat kita.

Sekarang saya baru bisa meresapi, kalau saja saya tidak melewati ujian-ujian kehidupan mungkin saya tidak setegar sekarang. Kalau saja saya tumbuh dengan berbagai kemudahan bisa saja sekarang saja menjadi beban buat orang lain. Kalau saja jalanan mulus dan mudah yang ada di depan, bisa dipastikan saya terlena dengan buaian itu semua.

Akhirnya saya bisa menemukan arti kata sabar ketika dizhalimi, arti ikhlas ketika dirampok oleh kehidupan, arti berharap ketika semuanya buntu, arti kelegaan ketika keluar dari lubang hitam kesulitan. Bukan berarti pencarian makna itu terhenti, tapi paling tidak seperti kulit bawang makna itu mulai mengelupas memperlihatkan arti sebenarnya.

Saya begitu terkesan dengan seorang teman, yang selalu optimis bahwa ada Allah di samping kita."Akhi kalau antum dikecewakan orang jangan terlalu bersedih, tapi kalau antum di acuhkan oleh Allah SWT baru antum boleh menangis. Kalaulah harta antum habis semuanya janganlah antum terlalu risaukan, Namun ketika iman hilang dari dada antum, layaklah antum menyesalkannya."

Jakarta, 14 Agustus 2009
air mata ini menetes bukan karena dunia tak teraih
alirannya menderas karena ada banyak kewajiban yg ditinggalkan