Bismillahirahmanirrahiim,
Alhamdulillahi Rabbil-‘alamin, wash-shalatu was-salamu ‘ala asyrafil-mursalin, Muhamadin, wa ala alihi wa ashhabihi wa man tabi’ahum bi ihsanin ila yaumid-din.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri (QS Al-Baqarah: 222)
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Tiada kata yang pantas kita senandungkan pada hari yang berbahagia ini, melainkan kata-kata syukur kepada Allah SWT; yang telah mencurahkan kenikmatan kepada kita dengan nikmat Iman, Islam dan sehat sehingga kita dapat berkumpul dalam majelis ini.
Mari kita realisasikan rasa syukur kita dengan melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Setelah kemaren kita membahas mengenai INTROSPEKSI maka sekarang kita akan lanjutkan dengan bahasan ISTIGHFAR....
Hidup tak ubahnya seperti menelusuri jalan setapak yang becek di tepian sungai nan jernih. Kadang orang tak sadar kalau Lumpur yang melekat di kaki, tangan, badan dan mungkin juga di kepala, bisa dibersihkan dengan air sungai tersebut. Boleh jadi karena keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan tak urung niatan untuk membersihkan diri menjadi sengaja ditunda hingga tujuan tercapai.
Tak ada manusia yang bersih dari salah dan dosa. Selalu ada saja debu-debu lalai yang melekat. Sedemikian lembutnya, terlekatnya debu kerap berlarut-larut tanpa terasa. Di luar dugaan, debu sudah berubah menjadi kotoran yang pekat yang menutupi hampir seluruh tubuh.
Itulah keadaan yang kerap melekat pada diri manusia. Diamnya seorang manusia saja bisa memunculkan salah dan dosa. Terlebih ketika peran sudah merambah banyak sisi: keluarga, masyarakat, tempat kerja, organisasi, dan pergaulan sesama teman. Setidaknya, akan ada gesekan atau kekeliruan yang mungkin teranggap kecil tapi berdampak besar.
Belum lagi ketika konflik, kekeliruan tidak lagi bersinggungan secara horizontal atau kepada sesama manusia. Melainkan sudah menyentuh pada kebijakan dan keadilan Allah SWT. Kekeliruan ini mungkin saja tercetus tanpa sadar, terkesan ringan tanpa dosa, padahal punya delik besar di sisi Allah SWT. Berapa banyak dari kita yang terkadang mengeluh akan sulitnya kehidupan ini, mengeluh begitu banyak probelamatika kehidupan, himpitan masalah, lalu tanpa sadar kita menuntut kepada Allah. Tidak sedikit kemudian yang mengambil langkah yang justru mengundang murka Allah SWT. Beberapa waktu yang lalu, berita di sebuah Koran menuliskan, terjadi PHK besar-besaran di daerah Bekasi yang menyebabkan banyak dari buruh yang di PHK kesulitan memperoleh penghasilan, lalu sebagian dari mereka ada yang menempuh jalan dengan menjual dirinya. Masya Allah. Sementara masih banyak jalan-jalan lain, walau mungkin harus menanggung malu, tapi bisa jadi jalan itu lebih mulia di sisi Allah SWT.
Saudara-saudara sekalian, bangsa kita ini ditimpa begitu banyak masalah mungkin adalah akumulasi dari begitu banyaknya debu-debu maksiat yang menerpa kita. Dari rakyat kecil hingga pemimpin negeri ini mungkin sudah berlumuran dosa. Krisis multidimensi yang mendera bangsa ini merupakan akibat akumulasi kesalahan dan dosa kolektif kita di masa lalu. Sebab seorang pemimpin tidak akan melakukan kesalahan fatal kecuali rakyatnya mendiamkan atau justru mendukung kebijakan-kebijakannya. Karena itu tidak ada jalan lain untuk keluar dari semua ini dengan memperbanyak istighfar dan bertobat secara benar dan bersungguh-sungguh.
Dalam Al-Quran surat Hud ayat 3
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dengan membaca istighfar dan kembali bertaubat kepada-Nya.”
Dalam kaitan ini BERTAUBAT merupakan penyempurnaan dari ISTIGHFAR seseorang agar diterima Allah SWT.
Secara aplikatif kebiasaan beristighfar sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Tercatat dalam sebuah riwayat Muslim bahwa Rasulullah (memberi pelajaran kepada ummatnya) senantiasa beristighfar setiap hari tidak kurang dari 70 kali. Bahkan di riwayat Imam Bukhari beliau beristighfar setiap hari lebih dari 100 kali (Bukhari Muslim).
Rasulullah SAW saja yang sudah dijamin 100% masuk surga masih saja melakukan istighfar begitu sering.
ARTINYA: BERISTIGHFAR tidak harus menunggu hingga melakukan kesalahan (jangan menunggu sampai azab datang!!!), tetapi bagaimana hendaknya aktivitas istighfar menghiasi kehidupan sehari-hari kita tanpa terkecuali.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Rasullah SAW pernah menyampaikan nasihat tersebut melalui Abu Hurairah r.a.”Segeralah melakukan amal shaleh. Akan terjadi fitnah besar bagaikan gelap malam yang sangat gulita. Ketika itu seorang beriman di pagi hari, tiba-tiba kafir di sore hari. Beriman di sore hari, tiba-tiba kafir di pagi hari. Mereka menukar agama dengan sedikit kepentingan dunia.” (HR Muslim)
Fenomena ini begitu sering kita temui. Bahkan ada istilah STMJ = Shalat Terus Maksiat juga Jalan. Sehingga seperti orang pikun, linglung dan memiliki “split personality.” Pagi taubat sore maksiat. Sore taubat pagi maksiat. Sedikit rezeki langsung taubat, banyak rezeki kembali maksiat. Maaf hal ini juga sering dipertontonkan oleh media kita, ketika bulan suci Ramadahan dating berbondong-bondong tampilan para artis berbusana muslimah dan begitu fasih menyampaikan pengalaman ruhaninya, tapi lihatlah ketika Ramadhan telah pergi mereka kembali menanggalkan kesholehannya.
Sehingga mungkin saatnya kita semua merenungi diri untuk senantiasa memohon ampunan Allah SWT. Menyadari bahwa kita penuh dengan kesalahan dan dosa.
Oleh karena itu sudah saatnya kita bersungguh-sungguh untuk bertaubat.
Secara bahasa Taubat berarti kembali. Kembali kepada kebenaran yang dilegalkan Allah Swt. Taubat merupakan upaya seorang hamba untuk menyesali dan meninggalkan perbuatan dosa yang pernah dilakukan selama ini.
Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seorang sahabat,”Apakah penyesalan itu taubat?” Rasulullah SAW menjawab.”Ya.” (HR Ibnu Majah)
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Abu musa Al Asy’ari.
” Sesungguhnya Allah SWT membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari , begitu pula Allah senantiasa membuka tangannya di malam hari untuk memberi ampunan bagi hamba-Nya yang melakukan kesalahan di siang hari.”
Lalu bagaimana caranya bertaubat?
Jika dosa atau maksiat itu hanya antara dirinya dengan Allah, tiada hubungannya dengan hak manusia, maka ada tiga syarat taubat:
1. Segera meninggalkan atau menghentikan dosa dan maksiat,
2. Menyesali dengan penuh kesadaran segala dosa dan maksiat yang dilakukan,
3. Bertekad kuat dengan sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi lagi
Selain itu para ulama menambahkan syarat yang lain, jika dosa yang diperbuat menyangkut hak orang lain. Selain bersih dari kebiasaan dosa orang yang bertaubat harus mengembalikan hak-hak orang yang pernah dizhalimi. Bahkan membersihkan segala lemak dan daging yang tumbuh di dalam dirinya dari barang haram dengan senantiasa melakukan ibadah dan mujahadah.
Mudah-mudahan kita semua diberikan kemudahan dalam memohonkan ampun dengan beristighfar dan bersegera melakukan taubat sebelum maut menjemput kita
Kesimpulan dari tulisan di atas,bahwa:
1. Orang yang bertaubat dicintai Allah SWT. Siapa dari kita yang tidak ingin dicintai Allah?
2. Aktifitas istighfar hendaklah menjadi rutinitas kita tanpa harus menunggu kita berbuat salah. 3. Istighfar harus menjadi hembusan nafas kita sehingga debu-debu dosa yang melekat tidak menjadi kerak dosa yang sulit dihilangkan.
4. Istighfar dan Taubat adalah suatu alat terbaik untuk taqarrub mendekatkan diri kepada Allah, sebab disitu ada pengertian pengakuan sebagai hamba yang lemah, di samping pengakuan terhadap kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya yang mutlak tidak terbatas.
5. Taubat haruslah dilakukan dengan sungguh-sungguh dan ihklas sehingga memberikan bekas bagi pelaku taubat dan tidak lagi kembali ke perbuatan maksiatnya. Tanda-tanda orang yang sudah bertaubat dengan sungguh-sungguh adalah ia sudah meminta maaf, mengembalikan hak-hak orang yang pernah ia zhalimi, membangun kehidupan yang Islami dan amal sholeh lainnya.
6. Bersegeralah melakukan taubat sebelum dosa sebesar debu berubah menjadi kerak yang sulit dibersihkan, sehingga semakin keras hatinya. Dengan bersegera melakukan taubat maka hati akan selalu bersih dan memudahkan kita melakukan ibadah kepada Allah SWT.
Perlu kita ingat umur kita semakin berkurang. Kematian pasti menjemput kita. Dosa terus bertambah. Lakukanlah dengan segera taubat sebelum ajal menjemput kita. Waktu yang telah berlalu tidak akan kembali.
Insya Allah nanti kita akan lanjutkan ke bahasan IKHTIAR
No comments:
Post a Comment