“Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan sesungguhnya pada hari kiamatlah akan disempurnakan pahalamu, barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung dan kehidupan dunia hanyalah kehidupan yang memperdayakan”. (Ali-Imran: 185)
Kriteria manusia cerdas yang paling sering diartikan kebanyakan orang adalah yang memiliki intelektual atau IQ yang tinggi, berfikir kreatif inovatif memiliki kemampuan Ilmu dan Teknologi dan semacamnya. Orang tidak segan- seganmengeluarkan biaya tinggi demi bersekolahdi perguruan tinggi ternama hingga ke luar negeri.
Jika "goals"-nya adalah dunia maka mungkin barangkali itulah kriteria cerdas. Tetapi ternyata kehidupan dunia ini hanyalah sementara dan ada kehidupan yang lebih kekal di akherat nanti. Oleh karena itu kriteria manusia cerdas yang berkualitas seperti di atas belumlah lengkap. Apa artinya seorang yang berhasil meraih dan mengumpulkan berbagai macam prestasi dunia; jabatan setinggi-tingginya; harta yang banyak, namun sayang setelah mati justru kesengsaraan yang di dapat selamanya di akhirat?
Ternyata Rasulullah SAW telah memberikan satu rumusan yang lain tentang manusia cerdas. Manusia cerdas ialah orang yang paling banyak mengingat kepada kematian serta yang paling baik persiapannya untuk menghadapinya. Dengan memperbanyak mengingat mati, kehidupannya di dunia akan dikelola, tidak hanya berhenti untu mencari kesenangan atau pemenuhan hawa nafsunya tetapi juga menjadikannya kesempatan untuk beramal sholeh sebanyak-banyaknya. Dengan mengelola keseimbangan hidup maka akan diraih kemuliaan dunia dan keselamatan di akhirat. Kesadaran bahawa perjalanan di akhirat yang jauh dan abadi tentu membutuhkan banyak bekal .
Karena itu kecerdasan yang sering dipahami manusia akan bermakna jika selalu dijiwai dengan kecerdasan dalam memikirkan dan mempersiapkan nasib di akhirat. . BAgi para pebisnis nafsu untuk meraih keuntungan dan mengejar target jangan menjadikannya lupa akan tugasnya sebagai pengemban amanah langit. Berapa banyak yang sibuk mengejar “bottom line” sehingga lupa shalat, berapa banyak yang mengejar “closing” sehingga lupa jujur. Memperbanyak mengingat kematian bukanlah sesuatu yang membuat kita tidak produktif! Tapi justru kita ditantang untuk selalu berdiri di atas nilai kebenaran, sementara profesionalisme dalam mengelola dunia harus juga kita lakukan.
Secerdas-cerdasnya manusia ialah yang terbanyak ingatannya kepada kematian serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka itulahorang yang benar-benar cerdas dan mereka akan pergi ke alam baka denganmembawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akhirat. (HR. Ibnu Majah)
1 comment:
Artikelnya sangat menggugah saya! terimakasih sekali!
Post a Comment