Sunday, November 25, 2007

AYAM PANGGANG

Judul di atas mungkin agak "menggoda" kita, bicara ayam panggang tentunya terbayang menu istimewa yg tersaji untuk disantap lahap. Dengan sentuhan koki ahli pastilah ayam panggang menjadi buruan bagi pemilik perut keroncongan.

Anehnya jika ayam panggang diserahkan pada pihak yang tidak berpengalaman memanggangnya justru tersaji rasa nan aneh, terlalu asin atau bahkan paling parah: gosong!

Itulah yang terjadi ketika saya mencoba dengan penuh PD, ah apa sih susahnya bikin ayam panggang, tinggal ambil ayam, rebus hingga matang campur bumbu rempah sedikit, panggang, jadi deh....tapi apa yang terjadi, maksud hati makan ayam panggang apalah jadi dapat ayam gosong!....duh jauh teori dengan aplikasi...

Jadi apa yg bisa ditarik dari pengalaman penuh makna ini? bagi yang suka tertawa ini adalah momentum paling enak untuk terbahak-bahak, bagi ahli masak tentunya berbagai advise siap dikeluarkan, tapi bagi para pencinta hikmah, ada sebuah sentilan yang patut direnungi. Sangat mudah bagi kita membuat teori, tidak terlalu sulit menasehati orang, bahkan banyak ahli ceramah, tapi betapa sulitnya kita berusaha membuat nyata apa yang ada di fikiran, teori dan kata-kata. Tugas kita untuk terus menerus belajar menjadi DO-ers.

Ada yang sudah belajar memanggang ayam?

Regards
MZ Omar
http://m-zulpakaromar.blogspot.com
http://www.rumahliza.com

Tuesday, November 20, 2007

TDA – Kumpulan Manusia Penyembuh

Menjalani kehidupan di negeri tercinta ini membutuhkan banyak sekali cadangan energi. Bahkan tidak sedikit yang sudah kehilangan energi, semangat dan ujung-ujungnya sakit. Coba saja tengok, belumlah lagi selesai kasus pembalakan hutan muncul lagi kasus dana aliran dari BI ke parlemen. Belum lagi cerita betapa nestapanya anak negeri yang tinggal di kota Jakarta menyusuri jalanan dengan cobaan berlabel macet.

Demikian banyak kekacauan terjadi, kemalangan, bencana, kezaliman, bagi sebagian orang bisa di tanggapi beragam. Ada yang marah, stress, dendam dan hasilnya menelurkan manusia-manusia “sakit” yang haus mencari obat. Namun juga sebaliknya ada sebagian orang yang justru mengemas segala kesemrawutan ini dengan label: Nutrisi kehidupan, dan melahirkan manusia-manusia penyembuh.

Menariknya, ketika orang lain sibuk mencaci, sibuk membuat makar, bahkan banyak juga yang menjadi apatis, masa bodo dengan volume yang tidak sedikit, manusia penyembuh justru datang dengan obat, nutrisi, vitamin dengan uluran tangan ikhlas.

Ada yang berjalan menjadi relawan di masjid-masjid, ada yang mewakafkan ilmunya dengan mendirikan sekolah gratis, bahkan saya jiwa saya sempat bergetar ketika berobat dengan seorang ahli bekam bernama Pak Ikhsan, yang subhanallah tidak mematok harga untuk jasanya, bahkan ketika harus mendatangi pasiennya ke rumah. Dari setiap episode memberi dengan ikhlas seperti hati mana yang tidak akan ikut bergetar. Frekwensi getarannya akan terus menyentuh hati-hati yang luka.

Komunitas ini bukan sekedar kumpulan orang yang suka berkonsep, kebanyakan diskusi, terlalu muluk dan bermulut besar tapi justru menjadi komunitas berjiwa pemimpi tapi berani beraksi. Hasilnya? Walk the talk, sebagaimana jalannya para pencari makna yang sudah sedikit sekali “ocehan”nya, manusia TDA justru lebih banyak berbicara lewat karya dan kerja. Bukankah dengan memberi contoh akan lebih banyak manusia tergugah? Bahkan kita pernah diingatkan,”Celakalah bagi siapa saja yang mengatakan sesuatu yang tidak dilakukannya.” Di komunitas TDA ini terasa sekali getaran itu. Ada yang membawa vibrasi melalui tulisan-tulisannya di blog, seperti pak roni. Bahkan ada yang frekwensi action-nya sangat luar biasa seperti pak haji Alay dengan selalu melempar bola panas bagi siapa saja yang belum memiliki keberanian menjadi TDA. Berapa banyak yang ditantang oleh pak Haji untuk Take Action saat ini juga dan melahirkan manusia TDA?

Satu hal yang juga saya bisa petik dari meresapi kehidupan sebagai TDA. Kalau dulu kita diberi tahu untuk menjadi orang yang Take and Give, ambil dulu dari orang lain baru kita memberi. Seiring perjalanan hidup ada juga yang berbisik ayo mari kita Give and Take, memberi dulu baru ambil kesempatannya. Namun setelah melalui berbagai pencarian sampailah pada satu titik dimana yang ada hanya: Give, give,give and give…..lihat profil tuan haji pendiri HPA. (lihat di blog saya: http://m-zulpakaromar.blogspot.com) , menurut saya itulah salah satu arti dari Tangan Di Atas.

Negeri ini butuh energi TDA! Sebagai sebuah filosofi, TDA juga bisa merasuki siapa saja menjadi karyawan, pemimpin negeri, artis, guru, dokter, dan siapapun. Bagi karyawan yang mengadopsi filosofi TDA dalam hidupnyam sudah pasti akan menjadi karyawan luar biasa. Bagi pemimpin negeri tidak akan lagi pamrih mengabdikan dirinya. Walaupun di komunitas TDA kita lebih menitik beratkan pada bagaimana kita bisa menjadi pengusaha, tapi di sisi lain kita juga membutuhkan SDM yang juga memiliki TDA spirit dalam menjalankan roda usaha kita.

Pendapat saya ini mungkin benar, mungkin juga salah. Yang setuju saya hargai yang tidak juga tidak kalah penghargaan yang saya berikan. Hanya saja ijinkan tulisan sederhana ini menjadi sebuah pemberian untuk bisa diterima sebagai salah satu kontribusi menebarkan nilai-nilai TDA bagi yang membacanya.
Percayalah dengan memberi justru kita akan lebih banyak menerima.

Belajarlah ikhlas memberi dari matahari maka engkau akan senantiasa semakin kuat dan garang.
Belajarlah ikhlas dari bulan maka engkau akan lembut sehalus angin malam
Mengalirlah di sungai kebahagiaan
Maka engkau akan bermuara pada kelimpahan

Mudahan-mudahan bermanfaat

Regards
MZ Omar
http://m-zulpakaromar.blogspot.com
http://www.rumahliza.com

Wednesday, November 14, 2007

Profil Tn. Hj. Ismail Bin Hj. Ahmad ( Pendiri HPA )





Sang Herbalis Tahukah tuan siapa sang herbalisherbalis bukanlah perawat biasaDia tidak berada di bilik-bilik rumah sakitDia tidak berada di ruang-ruang perkantoranSebab dia tidak terkurung pada ruang dan waktu
Tahukah tuan siapa sang herbalis itu ??? Dia adalah manusia yang merawat hati
Siapa yang tidak mengenal sosok Tuan Haji Ismail bin Ahmad? Bagi anggota Herba Penawar Al-Wahida (HPA) pastilah mengenalnya. Tuan Haji, begitu biasa beliau disapa, memang pendiri dan sekaligus pemilik HPA.
Lahir di desa Jejawi Perlis, Malaysia pada 1 Juni 1963, Tuan Haji membuktikan dirinya salah satu putera terbaik Malaysia yang sukses menjadi pengusaha, juru dakwah dan tabib muslim. Salah satu ucapan beliau yang menjadi motto HPA di seluruh Asia Tenggara.
"Kita harus menolong umat Islam agar kembali bangkit menuju kejayaan. Siapa lagi kalau bukan kita? Kapan lagi kalau bukan dari sekarang?"
Untuk mewujudkan itu semua beliau berpijak pada dua misi besar yang kini tengah dikembangkannya hingga Eropa dan Timur Tengah, yaitu membangun ekonomi umat Islam dan menciptakan obat-obatan yang berkualitas tinggi yang diolah secara Islami.
HPA merupakan multi level marketing (MLM) yang berstatus syariah. Stempel syariah di sini bukanlah main-main atau sekadar simbol belaka, namun harus melewati beberapa persyaratan ketat yang harus dilalui seperti: produk yang dijual harus halal, sistemnya adil, dan yang terpenting adalah keuntungan dari perniagaan itu mestilah dikembalikan kepada umat Islam.
Keprihatinan Tuan Haji terhadap obat-obatan yang beredar dewasa ini tanpa memperdulikan halal dan haram menyebabkan beliau memproduksi sendiri obat-obatan alami (herba) yang berkualitas tinggi dan diproses secara hati-hati melalui teknologi modern tapi tetap memegang teguh prinsip-prinsip dan etika Islam.
Terbukti semua produk HPA mendapat pengakuan dari WHO (Badan Kesehatan Dunia) dengan memberi sertifikat Good Manufacturing Product (GMP) pada tahun 1999, merupakan pengakuan tertinggi untuk kualitas dan khasiat produk herba tersebut. HPA merupakan perusahaan kedua di Malaysia yang mendapat sertifikasi dari WHO untuk bidang obat-obatan.
Siapapun yang berjumpa dengan Tuan Haji pastilah enggan untuk berpisah. Entah mengapa seola-olah terdapat kesejukan, kedamaian dan ketenangan tersendiri ketika bersama-sama dengan beliau. Tutur katanya, murah senyumannya, keluasan ilmunya dan ketawadhuannya seolah menjadi magnet yang mampu memikat setiap orang yang berada di dekatnya.
Simaklah penuturan wartawan harian Metro, Zainuddin Zain, ketika berjumpa dengan beliau akhir April 2006 lalu. "Orangnya cukup sederhana sekalipun memiliki rangkaian perniagaan berjuta ringgit. Ketika ahli setarafnya bergaya dengan banglo (bungalow), beliau lebih selesa (suka) menetap di rumah pusaka (warisan) keluarganya yang beratap rumbia dan berdinding buluh." ungkap Zainudin.
Wartawan Metro itu lebih tercengang ketika Tuan Haji berkata mengenai dirinya: "saya lebih selesa (suka) jika orang lebih mengenal produk dan syarikat (perusahaan) ini daripada diri saya."
Saat ini, Tuan Haji memperkerjakan 350.000 tenaga ahli di seluruh Malaysia, beberapa pabrik dan rumah sakit di Malaysia dan satu pabrik di Indonesia, belum lagi pekongsian (partnersip) dengan berbagai pejabat di berbagai negara Asia Tenggara.
Yang menarik, hobi Tuan Haji sejak berusia 12 tahun adalah senang bermain di hutan. Lulusan Universitas Putra Malaysia (UPM) tahun 1985 ini memang gemar masuk hutan. Yang dicari adalah pokok herba dan akar kayu. Malah dengan posisinya sekarang sebagai Direktur Utama HPA, beliau tetap menyediakan waktu 2-3 hari dalam sebulan untuk memasuki hutan. Tidaklah mengherankan bila hampir semua sudut hutan dan bukit di sekitar Perlis dan Kedah pernah dijelajahi beliau.
Pengalaman yang menarik ketika menjelajahi hutan adalah ketika menemukan sejenis garam di puncak gunung Jerai yang cukup berkhasiat untuk penyakit diabetes. Saat yang tepat untuk mengambilnya, menurut Tuan Haji, ialah selepas kambing gurun menjilat garam tersebut. Dan kambing itu hanya datang pada waktu tertentu saja.
Pengalaman lainnya ketika menemukan 'batu leleh' yang ukurannya sebesar pelukan orang dewasa yang mempunyai fungsi banyak keistimewaan terutama berfungsi sebagai penyerap racun dan bernilai ratusan ribu ringgit.
Dari hobinya bemain di hutan, lalu menggiring beliau masuk UPM fakultas pertanian. Selepas dari UPM, beliau berkerja di LPP (Lembaga Pertumbuhan Peladang) Kampung Kok Kelang, dekat Padang Sidin di Perlis. Bakat luar biasa Tuan Haji di bidang herba ternyata membuahkan hasil, yakni memenangi anugerah Hari Q (qualiti) oleh Jabatan Perdana Menteri (JPM), dan bonusnya pun terbang ke Indonesia.
Di Indonesia, Tuan Haji sempat melawat ke beberapa pabrik jamu tradisionil seperti Mustika Ratu dan Nyonya Meneer. Dari lawatan tersebut, beliau berpikir mengapa tidak membuat hal serupa di Malaysia, padahal permintaan untuk obat-obatan alami sangat tinggi pada waktu itu.
Lalu Tuan Haji bersama isterinya, Puan Hajjah Norhayati bin Hj. Ahmad berjualan di pasar malam dengan mengendarai sepeda. Usahanya ini sebenarnya telah dilakukan ketika beliau masih duduk di UPM, sehingga tidak banyak rekan-rekan seuniversitas baik yang senior maupun yunior mengenal beliau sebagai pedagang obat pasar malam.
Ketika bersama isterinya berjualan sambil menggelar dagangan di kaki lima, sang isteri berkata kepada beliau, "Abi, kapan kita mempunyai rumah yang berada di atas angin di bawah awan?" Tuan Haji menjawab, "Sabarlah, nanti juga Allah berikan jika memang Allah mengizinkan."
Perlahan tapi pasti, usaha dagang Tuan Haji yang dilakukan di pasar malam dan dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan modal ternyata membuahkan hasil. Pada tahun 1997, didirikanlah Herba Penawar Al-Wahida. Wahida sendiri diambil dari nama anak sulung beliau Wahida yang kini berusia 18 tahun.
Impian isteri untuk memperoleh rumah di atas angin di bawah awan, maksudnya seperti villa, akhirnya terpenuhi. Setelah beberapa lama tinggal di rumah yang baru tersebut, puan hajjah Norhayati Ahmad, kembali bertanya kepada suaminya, "Abi, apakah rumah ini bisa mengantarkan kita ke surga?" Tak lama kemudian, rumah itu pun dijual lalu kembali ke kampung halamannya.
Prinsip Tuan Haji dalam berbisnis adalah selalu mengalah dan tidak pernah menzalimi orang lain (lawan bisnisnya) kendati pihaknya yang justru berada dalam kondisi yang dizalimi dan dirugikan. "Ketika peluang bisnis kita diambil oleh orang lain, sesungguhnya kita sedang mendapatkan kesempatan peluang-peluang bisnis lain yang lebih banyak dan lebih besar," tuturnya.
Yang menarik, selain dikenal sebagai pengusaha, Tuan Haji juga dikenal piawai dalam berdakwah. Ketika berbicara masalah agama, beliau seolah-olah nampak seperti seorang da'i. Nasehat-nasehatnya mampu menyejukkan hati setipa orang di sekitarnya. Ceramah-ceramahnya mampu membakar semangat juang setiap orang yang mendengarnya.
"Mensyukuri nikmat itu bisa saja dengan cara memberikan sedikit infaq kepada peminta sedekah di tepi jalan atau ke masjid-masjid yang sedang membutuhkan dana untuk pembangunan dan sebagainya. Dahulu kita tidak dapat mendapatkan keuntungan dari niaga ini, kemudian tiba-tiba dikaruniakan Allah dengan keuntungan. Walaupun keuntungan itu hanya sebesar Rp 20.000, tapi kita harus ingat bahwa keuntungan itu merupakan kurnia dari Allah. Apalagi bila sudah diberi keuntungan jutaan ringgit. Maka, infakkanlah... infakkanlah... infakkanlah... berikanlah... keluarkanlah... Insya Allah uang yang kita keluarkan akan ditambah lagi oleh Allah. Bersihkanlah harta-harta kita dengan berinfak supaya kesenangan itu dapat dirasakan pula oleh teman-teman kita, jiran-jiran kita dan juga kaum kerabat kita," kata Tuan Haji dalam setiap sambutannya.
Ada satu cerita yang menarik, beliau pernah memberi bingkisan berisi sembako dan uang ke setiap rumah orang miskin di kampungnya di setiap akhir bulan selama tiga tahun. Yang unik, tidak satupun para tetangganya itu tahu siapa yang telah meletakan sembako dan uang di depan pintu mereka, padahal peristiwa itu berjalan selama 3 tahun. Bahkan, salah seorang tetangganya pernah berkata, "Ada seorang yang berhati malaikat tapi kami tidak tahu siapa dia, setiap akhir bulan selalu memberi makanan dan uang. Tidak seperti orang kaya sebelah rumah saya ini, tidak pernah kasih kami apa-apa," ujarnya sambil menunjuk ke rumah tuan haji.
Di dalam bidang ilmu kesehatan dan obat-obatan, seolah-olah beliau adalah seorang pakar yang terkenal. Keluasan ilmu pengetahuannya di bidang ini melebihi dokter handal sekalipun, meski beliau tidak pernah mengenyam pendidikan kedokteran secara formal. Tapi, untuk menjadi seperti sekarang ini, beliau mengaku belajar hampir ke banyak guru terapi hingga tujuh tahun lamanya.
Tak mengherankan jika Tuan Haji sangat pandai dan tepat dalam mendiagniosa penyakit seseorang dalam waktu singkat. Suatu kali ketika beliau berkunjung ke Palembang sudah ditunggu sebanyak 200 pasien yang ingin berobat. Pasien sebanyak itu hanya membutuhkan waktu dua jam untuk pengobatan. Caranya, dengan menginjak punggung (kiropraktik) pasien.
Wartawan Metro, Zainuddin Zaid, yang mengunjungi pabrik HPA di kawasan industri Kuala Perlis terkesima ketika meminta Tuan Haji untuk mendiagnosa penyakit yang dideritanya. Ia sungguh suprise, karena apa yang dikatakan oleh tuan haji tepat sekali, bahkan lebih tepat dari diagnosa dokter yang dia lakukan dua hari sebelumnya.
Ia lebih terkejut lagi dengan peraturan yang mengharuskan setiap pegawai HPA ketika bekerja harus dalam keadaan berwudhu, hanya wanita yang sedang haid diberikan kelonggaran. Tujuannya, untuk memastikan supaya produk yang dikeluarkan mendapat ridho dari Allah.
Memang, syair yang ditulis Tuan Haji berjudul 'Sang Herbalis' seolah menggambarkan sosok dirinya yang berusaha selalu ada di mana-mana tanpa bisa disekat oleh ruang dan waktu. Tujuannya hanya satu, merawat hati. Hati yang bahagia dan tentram merupakan kekuatan fitrah untuk membangkitkan daya tahan dan semangat hidup orang-orang yang sebelumnya telah berada pada tepi keputusasaan.
Merawat hati bukanlah sekadar kata-kata yang santun. Tapi, lebih dari itu, beliau telah melakukan dan akan terus dilakukan hingga senyum bisa kembali mengembang pada bibir setiap orang yang membutuhkan perawatan.
"Orang yang paling hebat adalah orang yang sederhana dalam berkata dan brilian dalam bertindak." (Confusius, Filsuf China)

ADAKAH KITA BISA SAMPAI KESINI?